Balik lagi ke topik awal. Ya hidup jadi anak SMA itu beda
jauh sama dulu pas SMP. Aku waktu SMP paling banter keluar selain ke sekolah
itu pas weekend buat kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, atau nugas kelompok.
Sedangkan sudah SMA, awalnya emang sama aja. Tapi kesini waktuku jadi lebih
sering aku habiskan di luar rumah. Kalau nggak sekolah ya tempat nongkrong.
Ngobrol apapun bareng temen-temen. Dari curhat cowok sampai masa depan. Apalagi
setelah kelas 3 ini tiap malamnya aku punya jadwal tambahan bimbel di luar. Makin
lah waktu dikudeta rutinitas di luar rumah. Mobilitas makin tinggi dan yaah
nggak ada kesempatan buat ngetik. Karena bagian dari nulis yang paling
menyebalkan adalah ngetik. Sempat juga kepikiran untuk nulis dulu ketika waktu
senggang di kelas. Nulis di kertas. Tapi untuk hal-hal yang panjang lebar agak
susah buat aku nulis di kertas, nggak terbiasa mungkin. Akhirnya, untuk hal ini
aku ada solusi. Aku ngetik pake applikasi di hp kemudian nanti di rumah tinggal
di copas.
Ke-tidak-bobo-tan isi tulisan juga aku rasain. Aku ngerasa
tulisanku cuman tentang aku, nggak begitu menghibur apalagi punya hal yang bisa
diambil. Kesannya jadi ngebosenin. Mungkin karena waktu itu aku sering ngepost
posting via email. Ya maklum aja, waktu itu agak susah cari koneksi internet.
Satu-satunya jalan biar tetap konek ya lewat ponsel. Sedangkan lewat ponsel itu
bingung, mau nulis panjang atau pendek. Soalnya nggak keliatan, yang menurut
kita sudah panjang di ponsel pas masuk pc jadinya nggak panjang-panjang banget.
Kemudian paragrafnya juga jadi nggak beraturan.
Sebenarnya kangen sama pembaca blog yang tiap aku mosting
pasti komen. Karena rata-rata pembaca temen-temen sendiri, biasanya tiap habis
mosting mereka bakal komen apapun. Entah cuman bilang "postingan lo
nyentuh banget," atau apa gitu.
Untuk hal yang satu ini mungkin aku kehilangan banget.
Karena aku nggak punya inspirasi buat nulis hal-hal yang menyentuh. Dulu banyak
yang demen baca postingku yang ada label 'clever'-nya. Jaman aku masih belum
bisa move on gitu. Sekarang sudah nggak bisa lagi ngeposting hal-hal kayak gitu
soalnya mantan juga sudah punya pacar. Ya nggak enak juga kan kalau galauin
mantan dan ceritanya di blog, walau sebenarnya juga ya nggak pernah galau
mantan. Kalau dulu juga mungkin aku masih mikir rasa kangen mantan bisa jadi
konsumsi publik, tapi buat saat ini. Plis... Uda bukan waktunya. Aku juga kalau
baca lagi postingan itu.... Aku geli sendiri. Bisa ya gitu sayang sama orang
sampai segitunya? #oke #abaikan
Aku sudah lama ngerasa kalau isi blog ini uda mulai nggak
begitu young. Aku juga sudah ngerasa nggak pantas lagi pake title blog 'Young
Girl'. Tapi setiap aku mencoba berpikir seperti itu aku baca lagi tag line
blogku 'I was born to be young forever'. Seakan-akan aku dan Young Girl itu
sudah begitu melekat. Eaa. Dramatisir banget.
Disini problematikanya. Aku ngerasa mulai tumbuh
dewasa....dan nggak bisa nerima ini.
Kemarin pas liburan aku banyak cerita sama Mas Yanda soal
ini. Dia bilang "....atau Miran mulai nggak tahan dengan pelajaran
kedewasaan ini malah bikin Miran sadar kalau kekanakanmu sudah nggak akan
nyambung dengan kedewasaanmu." Statement ini kayak nampar aku. Ya emang
nggak akan nyambung lah kedewasaan sama kekanakan? Tapi aku ngerasanya,
kekanakan adalah bagian dari diri aku. Arrrrgh! Kekanakan disini maksudnya
'kekanakan' loh ya.... Oke mari dengar penjalasan lebih lanjut.
Sebelum Mas Yanda empat bulan lalu ngampus juga dia pernah
bilang "Miran itu cewek, tapi umurnya aja tidak diketahui"
Aku bisa berstatement layaknya orang dewasa tapi tingkah
laku jauh dari dewasa. Aku jorok, tapi nggak bisa dibilang jorok juga. Anak
perempuan sudah 17 tahun dan kalau ketemu kue tart pasti makannya langsung pake
tangan. Well, aku emang juga liat situasi. Kalau di tempat orang yang tidak
akan memaklumi aku terpaksa makai piring dan sendok. Tapi sumpah jaim itu nggak
enak.
Not only that, tentang ngelap tangan kotor aja aku masih ke
baju sendiri. Well well well, aku ini kurang apa? Punya mama yang super
perempuan. Pembersih blablablabla. Tapi semuanya nggak ada yang nurun ke aku.
Ukuran kamar yang bersih, kamarku cukup bersih dibanding kamar teman-temanku,
dengan catatan nggak lagi waktu ujian. Aku juga nggak ngerti standarisasi jorok
dan tidak itu dilihat dari mana. Huft. Ini tulisan mulai ngelantur.
Jadilah sekarang seorang Miran bingung. Aku nggak mungkin
juga hanya tumbuh tua tanpa tumbuh menjadi dewasa. Tapi aku juga lelah,
dituntut buat jadi sebagaimana yang ada di dalam benak mama atau orang lain
(yang harus dewasa, yang harus jadi kayak cewek-cewek pada umumnya). Padahal
kan dewasa nggak ada sangkut paut sama how you look atau apapun lah itu. Dewasa
is about how you face the problem. Harus aku sadari kalau banyak kategori
dewasa. Mungkin aku dewasa dalam berpikir tapi tidak dalam berpenampilan dan berperilaku.
Tapi, apa salahnya? Toh, yang nantinya kuat mental buat ngadepin hidup kan yang
dewasa dalam berpikir juga. Nah loh, bingung kan? Sama! Aku juga bingung.
Aku ingin hidup kayak gini aja. Jadi anak mama papaku yang
dibilang berbakti juga nggak tapi nggak juga kurang ajar, jadi teman yang
kadang nyebelin atau jadi bahan celetukan mereka karena jadi cewek yang hobi
ngupil sembarangan, jadi what I want to be. Bukan orang lain. Aku yang tiap ke Ace pasti beli mainan
balon-balon sabun, yang mungkin bakal dikira sama petugas disana aku seorang
ibu yang akan membelikan mainan untuk anaknya. Nyesek nih.... Tapi sekali lagi,
walaupun aku kayak gini bentuknya juga bukan berarti aku nggak dewasa kan?
Kadang juga suka kaget kalau orang-orang disekelilingku mulai
bilang "hey, kamu sudah gede tau, sudah saatnya ngerti hal-hal kayak
gitu." Ya, aku sendiri nggak tahu harus sebeneng apa sedih kalau ada yang
bilang kayak gitu. Dianggap dewasa itu menyebalkan, karena terkadang yang tua
dan masih kekanakan itu sukanya cari masalah sama yang kecil dan lumayan
dewasa. Percayalah ini nyata.....
No matter what, jadi dewasa buat sebagian orang seperti aku
itu memang menakutkan. Aku cuman takut kalau akhirnya pun aku gagal jadi
dewasa. Entah lah. Yang jelas, 2014, Miran mau nggak mau harus belajar untuk
dewasa, harus paham apa sebenarnya menjadi dewasa, harus ngerti gimana seorang
perempuan dewasa, ya de-wa-sa.
Akhir kata...
I have to remind myself that I don't have to do what
everyone else is doing.
Good night
And I'm still young girl
With love
1 komentar:
nice blog dear! maybe we can follow each other if you want? :)
http://choccopost.blogspot.com/
Posting Komentar