Laman

Sabtu, 11 Januari 2014

Hallo

Hallo guys! Barusan nge-feedback tulisan gue tahun lalu dan gue dapati gue yang mulai kehabisan kata. Sebenarnya tiap lagi ngelamun dimana aja selalu terpikir buat nuliskan itu di blog cuman karena waktu gue sekarang sudah sangat dikudeta. Mobilitas gue bukan cuman sekolah-rumah-sekolah. Gue jadi orang yang hobinya nongkrong atau berorganisasi ngumpul sama orang. Jadilah gagasan gue keluar saat ngumpul bareng mereka. Sumpah ini nggak nyaman banget nulisnya gue-gue-an. Jadi aku-aku-an aja ya?

Balik lagi ke topik awal. Ya hidup jadi anak SMA itu beda jauh sama dulu pas SMP. Aku waktu SMP paling banter keluar selain ke sekolah itu pas weekend buat kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, atau nugas kelompok. Sedangkan sudah SMA, awalnya emang sama aja. Tapi kesini waktuku jadi lebih sering aku habiskan di luar rumah. Kalau nggak sekolah ya tempat nongkrong. Ngobrol apapun bareng temen-temen. Dari curhat cowok sampai masa depan. Apalagi setelah kelas 3 ini tiap malamnya aku punya jadwal tambahan bimbel di luar. Makin lah waktu dikudeta rutinitas di luar rumah. Mobilitas makin tinggi dan yaah nggak ada kesempatan buat ngetik. Karena bagian dari nulis yang paling menyebalkan adalah ngetik. Sempat juga kepikiran untuk nulis dulu ketika waktu senggang di kelas. Nulis di kertas. Tapi untuk hal-hal yang panjang lebar agak susah buat aku nulis di kertas, nggak terbiasa mungkin. Akhirnya, untuk hal ini aku ada solusi. Aku ngetik pake applikasi di hp kemudian nanti di rumah tinggal di copas.

Ke-tidak-bobo-tan isi tulisan juga aku rasain. Aku ngerasa tulisanku cuman tentang aku, nggak begitu menghibur apalagi punya hal yang bisa diambil. Kesannya jadi ngebosenin. Mungkin karena waktu itu aku sering ngepost posting via email. Ya maklum aja, waktu itu agak susah cari koneksi internet. Satu-satunya jalan biar tetap konek ya lewat ponsel. Sedangkan lewat ponsel itu bingung, mau nulis panjang atau pendek. Soalnya nggak keliatan, yang menurut kita sudah panjang di ponsel pas masuk pc jadinya nggak panjang-panjang banget. Kemudian paragrafnya juga jadi nggak beraturan.

Sebenarnya kangen sama pembaca blog yang tiap aku mosting pasti komen. Karena rata-rata pembaca temen-temen sendiri, biasanya tiap habis mosting mereka bakal komen apapun. Entah cuman bilang "postingan lo nyentuh banget," atau apa gitu.

Untuk hal yang satu ini mungkin aku kehilangan banget. Karena aku nggak punya inspirasi buat nulis hal-hal yang menyentuh. Dulu banyak yang demen baca postingku yang ada label 'clever'-nya. Jaman aku masih belum bisa move on gitu. Sekarang sudah nggak bisa lagi ngeposting hal-hal kayak gitu soalnya mantan juga sudah punya pacar. Ya nggak enak juga kan kalau galauin mantan dan ceritanya di blog, walau sebenarnya juga ya nggak pernah galau mantan. Kalau dulu juga mungkin aku masih mikir rasa kangen mantan bisa jadi konsumsi publik, tapi buat saat ini. Plis... Uda bukan waktunya. Aku juga kalau baca lagi postingan itu.... Aku geli sendiri. Bisa ya gitu sayang sama orang sampai segitunya? #oke #abaikan

Aku sudah lama ngerasa kalau isi blog ini uda mulai nggak begitu young. Aku juga sudah ngerasa nggak pantas lagi pake title blog 'Young Girl'. Tapi setiap aku mencoba berpikir seperti itu aku baca lagi tag line blogku 'I was born to be young forever'. Seakan-akan aku dan Young Girl itu sudah begitu melekat. Eaa. Dramatisir banget.
Disini problematikanya. Aku ngerasa mulai tumbuh dewasa....dan nggak bisa nerima ini.
Kemarin pas liburan aku banyak cerita sama Mas Yanda soal ini. Dia bilang "....atau Miran mulai nggak tahan dengan pelajaran kedewasaan ini malah bikin Miran sadar kalau kekanakanmu sudah nggak akan nyambung dengan kedewasaanmu." Statement ini kayak nampar aku. Ya emang nggak akan nyambung lah kedewasaan sama kekanakan? Tapi aku ngerasanya, kekanakan adalah bagian dari diri aku. Arrrrgh! Kekanakan disini maksudnya 'kekanakan' loh ya.... Oke mari dengar penjalasan lebih lanjut.
Sebelum Mas Yanda empat bulan lalu ngampus juga dia pernah bilang "Miran itu cewek, tapi umurnya aja tidak diketahui"
Aku bisa berstatement layaknya orang dewasa tapi tingkah laku jauh dari dewasa. Aku jorok, tapi nggak bisa dibilang jorok juga. Anak perempuan sudah 17 tahun dan kalau ketemu kue tart pasti makannya langsung pake tangan. Well, aku emang juga liat situasi. Kalau di tempat orang yang tidak akan memaklumi aku terpaksa makai piring dan sendok. Tapi sumpah jaim itu nggak enak. 

Not only that, tentang ngelap tangan kotor aja aku masih ke baju sendiri. Well well well, aku ini kurang apa? Punya mama yang super perempuan. Pembersih blablablabla. Tapi semuanya nggak ada yang nurun ke aku. Ukuran kamar yang bersih, kamarku cukup bersih dibanding kamar teman-temanku, dengan catatan nggak lagi waktu ujian. Aku juga nggak ngerti standarisasi jorok dan tidak itu dilihat dari mana. Huft. Ini tulisan mulai ngelantur.

Jadilah sekarang seorang Miran bingung. Aku nggak mungkin juga hanya tumbuh tua tanpa tumbuh menjadi dewasa. Tapi aku juga lelah, dituntut buat jadi sebagaimana yang ada di dalam benak mama atau orang lain (yang harus dewasa, yang harus jadi kayak cewek-cewek pada umumnya). Padahal kan dewasa nggak ada sangkut paut sama how you look atau apapun lah itu. Dewasa is about how you face the problem. Harus aku sadari kalau banyak kategori dewasa. Mungkin aku dewasa dalam berpikir tapi tidak dalam berpenampilan dan berperilaku. Tapi, apa salahnya? Toh, yang nantinya kuat mental buat ngadepin hidup kan yang dewasa dalam berpikir juga. Nah loh, bingung kan? Sama! Aku juga bingung.

Aku ingin hidup kayak gini aja. Jadi anak mama papaku yang dibilang berbakti juga nggak tapi nggak juga kurang ajar, jadi teman yang kadang nyebelin atau jadi bahan celetukan mereka karena jadi cewek yang hobi ngupil sembarangan, jadi what I want to be. Bukan orang lain.  Aku yang tiap ke Ace pasti beli mainan balon-balon sabun, yang mungkin bakal dikira sama petugas disana aku seorang ibu yang akan membelikan mainan untuk anaknya. Nyesek nih.... Tapi sekali lagi, walaupun aku kayak gini bentuknya juga bukan berarti aku nggak dewasa kan?

Kadang juga suka kaget kalau orang-orang disekelilingku mulai bilang "hey, kamu sudah gede tau, sudah saatnya ngerti hal-hal kayak gitu." Ya, aku sendiri nggak tahu harus sebeneng apa sedih kalau ada yang bilang kayak gitu. Dianggap dewasa itu menyebalkan, karena terkadang yang tua dan masih kekanakan itu sukanya cari masalah sama yang kecil dan lumayan dewasa. Percayalah ini nyata.....

No matter what, jadi dewasa buat sebagian orang seperti aku itu memang menakutkan. Aku cuman takut kalau akhirnya pun aku gagal jadi dewasa. Entah lah. Yang jelas, 2014, Miran mau nggak mau harus belajar untuk dewasa, harus paham apa sebenarnya menjadi dewasa, harus ngerti gimana seorang perempuan dewasa, ya de-wa-sa. 

Akhir kata...

I have to remind myself that I don't have to do what everyone else is doing.
Good night

And I'm still young girl


With love

1 komentar:

Mustika mengatakan...


nice blog dear! maybe we can follow each other if you want? :)

http://choccopost.blogspot.com/