Dan seharian ini aku memikirkan perkataanku semalam, “tutup buku, buka lembaran baru, buka hati.” semudah itu kah? Tentunya tidak. Saat ini aku hanya lelah. Lelah menutupi apa yang sesungguhnya benar-benar aku rasakan. Aku lelah, lelah sekali. Lelah juga untuk mencoba. Entah apa yang ada dalam benakku. Tapi, yang selalu aku pikirkan bagaimana kalau dia sudah dapat melupakanku? Aku pasti sangat terpuruk, lalu aku berpikir untuk segera melupakannya. Tapi, aku tidak sanggup melihatnya, melihat aku telah melupakannya. Jadi, aku berfikir untuk tetap seperti ini. Lalu, aku takut lagi. Takut pada hal yang sama. Aku tidak memilikinya, sungguh. Dia bukan milikku. Tapi aku sangat takut kehilangannya. Maksudku perasaannya. Ya, kamu mungkin mengerti apa yang aku maksud? Tapi harus sampai kapan seperti ini? Ku akui, aku sangat amat merindukan sosok sepertinya. Bukan seperti, tapi memang dirinya.
Beberapa bulan aku lalui dengan berpura-pura tidak peduli dan menyibukan diri. Aku sempat lupa tapi pada setiap kesempatan, aku melakukannya, aku memikirkannya, aku bertanya-tanya apa yang sedang ia lakukan dan aku terdiam dan aku tau pasti. Rasa itu akan selalu ada. Sampai saatnya nanti, ah entah lah, atau saatnya nanti hanya akan terkubur dalam. Aku juga tidak tau. Seandainya, memilikinya bukan sebuah dosa untukku, mungkin aku ingin selamanya iya selamanya memiliki dan akan selalu aku jaga, agar tidak seorang pun dapat mengambilnya dariku, kecuali Tuhan.
Lantas sekarang apa yang harus aku lakukan? Menjalani semuanya dengan biasa saja? Menyibukan diri lagi lalu melupakannya, dan mengingatnya ketika mau tidur. Rasanya aku sudah sangat patah arah dengan perasaan ini. Semoga saja, kau tidak merasakan hal ini. Ini sangat meggangguku. Tapi, aku yakin keputusanku untuk meninggalkanmu delapan bulan yang lalu tidak salah, aku yakin kamu juga berfikir seperti itu, bukan? Walau sakit rasanya. Maafkan aku.. Seharusnya memang aku berfikir terlebih dahulu, kau memang pria yang sangat takut kehilanganku (mungkin), makanya kelakuanmu selalu saja seperti itu.
Ya, apapun yang terjadi dan apapun yang aku katakan. Percayalah, bahwa semuanya masih sama walaupun kamu berubah ataupun kamu hancurkan, masih persis tiga tahun yang lalu. Terimakasih. Kamu selalu hadir tepat disaat aku sangat membutuhkan kalimatmu. Aku sangat amat bahagia harus seperti ini, walau tiap hari aku harus ketakutan akan kehilanganmu. Mungkin itu hal terbodoh, karena sungguh aku tidak tau bagaimana caranya untuk merelakanmu, walau hanya sedikit. For you
Beberapa bulan aku lalui dengan berpura-pura tidak peduli dan menyibukan diri. Aku sempat lupa tapi pada setiap kesempatan, aku melakukannya, aku memikirkannya, aku bertanya-tanya apa yang sedang ia lakukan dan aku terdiam dan aku tau pasti. Rasa itu akan selalu ada. Sampai saatnya nanti, ah entah lah, atau saatnya nanti hanya akan terkubur dalam. Aku juga tidak tau. Seandainya, memilikinya bukan sebuah dosa untukku, mungkin aku ingin selamanya iya selamanya memiliki dan akan selalu aku jaga, agar tidak seorang pun dapat mengambilnya dariku, kecuali Tuhan.
Lantas sekarang apa yang harus aku lakukan? Menjalani semuanya dengan biasa saja? Menyibukan diri lagi lalu melupakannya, dan mengingatnya ketika mau tidur. Rasanya aku sudah sangat patah arah dengan perasaan ini. Semoga saja, kau tidak merasakan hal ini. Ini sangat meggangguku. Tapi, aku yakin keputusanku untuk meninggalkanmu delapan bulan yang lalu tidak salah, aku yakin kamu juga berfikir seperti itu, bukan? Walau sakit rasanya. Maafkan aku.. Seharusnya memang aku berfikir terlebih dahulu, kau memang pria yang sangat takut kehilanganku (mungkin), makanya kelakuanmu selalu saja seperti itu.
Ya, apapun yang terjadi dan apapun yang aku katakan. Percayalah, bahwa semuanya masih sama walaupun kamu berubah ataupun kamu hancurkan, masih persis tiga tahun yang lalu. Terimakasih. Kamu selalu hadir tepat disaat aku sangat membutuhkan kalimatmu. Aku sangat amat bahagia harus seperti ini, walau tiap hari aku harus ketakutan akan kehilanganmu. Mungkin itu hal terbodoh, karena sungguh aku tidak tau bagaimana caranya untuk merelakanmu, walau hanya sedikit. For you
sincerely, sweetheart
Tidak ada komentar:
Posting Komentar