Laman

Jumat, 28 September 2012

Mungkin Hampa

Dulu aku sering bicara tentang hampa. Tapi ternyata yang aku rasain kemarin-kemarin itu nggak ada apa-apanya, dan bukan hampa yang sebenarnya....

Aku juga heran kenapa diantara teman-temanku cuman aku yang terlalu serius menghadapi kehidupan di masa remaja yang serba labil ini. Bukan, bukan serius yang makai kacamata, kutu buku, dan selalu dapat nilai 100 semua pelajaran. Aku masih sama, suka main, suka bercanda, suka jail. Maksudku....
Ya, aku melihat mereka tampak tidak pernah terlalu serius menghadapi apa yang ada di hadapan mereka. Sebesar apapun itu. Contohnya pada saat mereka patah hati, sebagian dari mereka memilih tidak terlalu peduli, sesakit apapun mereka coba menutupi dengan masih tertawa, walaupun mereka mengaku galau. Tapi, sumpah aku bukan orang yang seperti itu. Aku lebih memilih merenung diam, meratapi nasib, dan menyalahkan diri sendiri. Mungkin akunya saja yang terlalu lebay, terserah lah tapi aku rasa tidak ada yang salah dengan hal itu. Yang lebih kompleks lagi begini, ketika semua orang bahkan orang terdekatku merasa aku bercanda dengan kalimat "aku nggak mau pacaran sebelum aku lulus SMA kalau emang bisa sebelum lulus kuliah pun aku nggak mau." Mereka masih menganggap aku main-main atau aku nggak serius. Sumpah yah, aku lagi nggak main-main. Kalian bisa bilang aku kolot atau apapun. Prinsipku sebenernya nggak ada sama sekali sangkut pautnya sama organisasi yang aku ikutin, ini masalah kesiapan hati.
Jadi contohnya apa Miranti? Contohnya begini...
Teman-temanku: Pacaran » Putus » (masih sayang) » Balikan » (udah ilfeel) » Dapat yang baru » (sudah bosan) *ngulang sikluk*
Sedangkan aku: Pacaran » Putus » (masih sayang) » Balikan » (masih sayang) » Putus » (masih sayang) » Mencoba lagi » (masih sayang) » Meninggalkan yang disayang » (masih sayang) » Mencoba merelakan » (masih sayang) » Deket lagi » (masih sayang) » Kangen » Kangen » .... » Kangen.
Panjangkan siklusnya? Semuanya pake perasaan semuanya terjadi pada satu orang yang sama. Semuanya.... Pake logika juga tapi tetep keliatan bodoh.
Mungkin aku yang nggak selaku itu kali sampai masih aja berharap sama bayangan yang sekarang nggak keliatan. Bukan berharap, aku cuman berdoa sama Tuhan kalau memang ada pengganti dia jangan temukan kami sekarang, karena aku akan membuatnya kabur karena tak tahan dengan ulahku yang senang kegelapan dan meraba bayangan!
Entah yah, aku yang terlalu berlebahan atau aku yang emang kelawatan begonya.
Aku bukan tidak pernah mencoba tapi tetap saja gagal maneng. Mungkin berhasil tapi tetap dengan bayang-bayangnya, jadi untuk apa? Aku ingin menjernihkan mata ini, hati, pikiran, semuanya dari dia yang dulu, lalu memulai sesuatu yang baru. Walau, aku sama sekali tidak yakin bisa.
Yang jelas, menjadi seperti teman-temanku bukan diriku. I don't care what people say, but I'm who I am. Hidup memang terlalu sempit untuk dihantui kenangan. Tapi hidup juga terlalu indah untuk digunakan melukai dan menghancurkan hidup orang lain karena kamu hanya dipilih oleh hatinya, sedang hatinya tidak pernah dipilih oleh hatimu.

Aku semakin hampa, karena lama-lama ruangan ini semakin sepi, bayangannya juga semakin turun, semakin samar...

Apa bintangku sudah tergelincir jatuh dari genggaman langit tanganku? Tolong, biarkan aku saja yang memungutnya.

.....entah dimana dirimu berada, walau radarku semakin tidak pernah mendapatkan sinyalmu, dan dengan modal keyakinan, aku tahu kamu baca ini, aku sangat merindukanmu. Itu aja cukup.

Kali ini aku kasih lima emote senyum ☺☺☺☺☺ dan satu emote tanda terimakasih. (.2*)


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar: