Laman

Selasa, 10 April 2012

Kalut


“Karena yang menyakitkan bukan setelah kamu meninggalkanku, tapi setelah aku tahu aku sama sekali tidak berarti apapun buat kamu”

Malam  ini air mata tidak dapat dengan mudah dihentikan oleh Viola. Perasaannya yang mulai ia susun ulang malam itu juga dihancurkan lagi. Setelah melihat status relationship sang mantan berubah. Ah, secepat itu kah? Mungkin Rio memang tidak pernah menyayanginya, secuil pun Rio tidak pernah menyayanginya.
“Viola,”suaru yang akrab di telinga Viola menghamburkan semua lamunan Viola. Radit, sahabat Viola yang khawatir dengan keadaannya secepat kilat langsung pergi ke rumah Viola.
“Vi, kamu nggak apa-apa kan?”tanya Radit penuh kekhawatiran.
“Ya, seperti yang kamu lihat lah, Dit.”Viola menghapus air mata yang jatuh namun itu sama sekali tidak membuat air matanya berhenti berjatuhan.
“Iya aku ngerti, Vi. Tapi penting nggak sih nangisin cowok kayak dia?”
“Nggak.”
“Itu tahu.”
“Iya, tapi mala mini aja. Aku pengen ngeluarin semuanya lewat air mataku. Besok aku janji udah nggak aka nada lagi air mata.”
“Yakin?”
“I am sure.”
“Guuuud. Kalau gitu sekarang, mending kamu makan. Mama kamu bilang kamu belum makan dari tadi pagi.”
“Halah, bilang aja kamu juga laper pengen numpang makan.”
“Kok pinter baca pikiran orang sih? Hebat banget. Jangan-jangan keturunan mama Laurent yah?” Radit terkekeh. Akhirnya Viola tertawa.

Tidak ada komentar: