“Karena yang menyakitkan bukan setelah kamu meninggalkanku, tapi
setelah aku tahu aku sama sekali tidak berarti apapun buat kamu”
Malam ini air mata tidak dapat
dengan mudah dihentikan oleh Viola. Perasaannya yang mulai ia susun ulang malam
itu juga dihancurkan lagi. Setelah melihat status relationship sang mantan
berubah. Ah, secepat itu kah? Mungkin Rio memang tidak pernah menyayanginya,
secuil pun Rio tidak pernah menyayanginya.
“Viola,”suaru yang akrab di
telinga Viola menghamburkan semua lamunan Viola. Radit, sahabat Viola yang
khawatir dengan keadaannya secepat kilat langsung pergi ke rumah Viola.
“Vi, kamu nggak apa-apa kan ?”tanya Radit penuh
kekhawatiran.
“Ya, seperti yang kamu lihat lah,
Dit.”Viola menghapus air mata yang jatuh namun itu sama sekali tidak membuat
air matanya berhenti berjatuhan.
“Iya aku ngerti, Vi. Tapi penting
nggak sih nangisin cowok kayak dia?”
“Nggak.”
“Itu tahu.”
“Iya, tapi mala mini aja. Aku
pengen ngeluarin semuanya lewat air mataku. Besok aku janji udah nggak aka nada
lagi air mata.”
“Yakin?”
“I am sure.”
“Guuuud. Kalau gitu sekarang,
mending kamu makan. Mama kamu bilang kamu belum makan dari tadi pagi.”
“Halah, bilang aja kamu juga
laper pengen numpang makan.”
“Kok pinter baca pikiran orang
sih? Hebat banget. Jangan-jangan keturunan mama Laurent yah?” Radit terkekeh.
Akhirnya Viola tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar