Laman

Rabu, 11 April 2012

Kalut (Part 2)



“Hal yang paling miris adalah ketika orang yang dulu kamu kira sangat menyayangimu, dan sekarang kamu sadari hanya berpura-pura menyayangimu.”

“Selesai,”Viola bernafas lega. Akhirnya tugas artikel dari guru bahasa Indonesianya selesai. Dia yang dari tadi nahan hasrat ingin buang air tidak kuasa lagi menahan. Dengan cepat iya berlari ke WC. Tapi sesampainya di depan WC, Viola mendengar seseorang di dalamya sedang berbincang.
“Iya tuh, seneng banget. Dih, padahal juga cuman karena kasian aja makanya si Rio sms gitu,”seketika itu juga air mata Viola meleleh keluar dari mata dan membasahi pipinya. Setan. Teriaknya dalam hati. Aku nggak butuh dikasihani, aku juga nggak butuh kalimat yang tidak ada isinya. Sampah. Sampai kapan pun aku tidak akan ingin percaya lagi dengan omonganmu. Viola menyalahkan dirinya sendiri karena telah mempercayai omongan Rio.
Tiba-tiba saja dua adik kelasnya itu keluar dari WC. Dengan wajah kaget mereka menatap Viola yang mencoba menutupi air mata yang baru saja menghujani pipinya. “Permisi,” dengan suara tertahan di tenggorokan dan sedikit serak Viola mencoba sopan kepada dua adik kelasnya itu. Lalu masuk ke dalam WC. Seketika hasratnya untuk buang air hilang.
“Vi, barusan ngeluarin air dari bawah apa dari mata?”tanya seorang teman Viola sambil terkekeh.
“Hah? Pipis lah,”Viola ngeles.
“Nggak usah boong, Vi. Itu mata merah karak orang habis nangis. Mana ke WC lama banget.”Viola tidak menjawab dan hanya tersenyum pada temannya. Pikirannya melayang pada perkataan yang di dengarnya tadi di depan WC.  Seakan masih tidak terima, Viola megepalkan tinju dan memulukkan tangannya ke meja.
“Vi, kamu nggak apa-apa kan ya?”seorang temannya menanyakan keadaan Viola.
“Eh, hehehe. Nggak apa-apa kok.”Viola menjawab asal sambil tersenyum.
Teman-teman Viola hanya mengangkat bahu. Mereka mengerti bahwa bukan saatnya buat menanyakan. Mungkin suatu saat juga Viola akan menceritakan pada mereka. Sedangkan Viola masih saja memikirkan perbicangan dua orang dalam WC tadi. Yah, aku tahu mungkin aku pantas memang buat dikasihani, tapi aku nggak butuh dikasihani dengan kebohongan. Seharusnya juga aku sadar Rio nggak pernah sayang aku, dulu, dan sampai kapanpun. Viola memejamkan mata lalu menumpuk kepalanya di atas kedua tangannya yang ia lipat.

Tidak ada komentar: