Laman

Sabtu, 23 Oktober 2010

Percakapan

Percakapan dengan Bayangan

Bahkan bayangan mu merasakannya

Berehenti membohongi diri mu

Lihat lah, betapa indah hari esok

Alarm berbunyi, ku terbangun dari tidur lelap ku. ‘Hoam,’ aku menguap dan megangkat kepala ku dari bantal yang selalu menemani ku tiap malam. Yang ikhlas ku tetesi air mata ku ketika ku sedih. ‘Ugh’ ku renggangkan seluruh tubuh ku dan perlahan turun dari tempat tidur. Ku buka jendela kamar ku, dan sinar matahari menyambut ku. Seolah berkata ‘Good morning, I ready light your day, are you ready for today? Don’t be sad, keep smile to me.’ Aku tersenyum dan berkata ‘Thanks, I’ll try it’.

Segera ku ambil handuk dari gantungan belakang pintu kamar. Masuk ke dalam kamar mandi. Hal yang selalu ku lakukan di hari libur, berlama-lama di dalamnya. Merasakan sentuhan dingin air yang melunturkan semua kelelahan ku dalam minggu ini. Bermain-main dengan air yang mengalir. Sampai tak terasa tlah ku habiskan waktu lama di dalam sini. Segera ku keringkan badan ku.

Lekas ku pasang pakaian. Lalu duduk di depan meja rias ku. Ku pandangi wajah ku. Mata ku tampak sendu. Terlihat jelas, bekas tangisan ku semalam. Tiba-tiba tampak bayangan itu menyapa ku.

“Hey kawan apa yang anda pikirkan?” tanyanya ramah.

“Seorang laki-laki yang tlah lama mengisi ruang kosong di hati ku,”jawab ku pelan

“Apa kamu yakin dia masih memikirkan mu?”tanyanya lagi

“Tentu saja tidak, mungkin otaknya hanya ada perempuan itu,”jawab ku

“Lalu, mengapa kau lakukan itu trus menerus?”tanya bayangan itu penasaran.

“Ntah lah, aku masih teringat semua kesalahan yang tlah ku lakukan kepadanya,” jawab ku dengan nada sedikit rendah dari awal.

“Kesalahan apa yang kamu lakukan padanya?”tanya bayangan.

“Ku menyia-nyikannya, mempermaikannya dan tlah menyakitinya,”kata ku sambil menitikan air mata yang tak sengaja terjatuh.

“Lalu?”tanya bayangan seolah tau ada hal lain yang masih ku sembunyikan.

“Ya, aku tak ingin melakukannya sungguh. Tapi mungkin aku terlalu egois. Aku hanya memikirkan ego dan perasaan ku tanpa memikirkan perasaanya. Aku takut, takut menunjukan semua perasaan ku. Aku takut disakiti dan kecewa pada akhirnya,”jawab ku dan tak ku rasa air mata telah banyak berjatuhan.

“Kau menyesal?”tanyanya.

“Sangat,”jawab ku berat.

“Berhenti lah menangis kawan,”katanya pada ku.

Aku terdiam dan hanya dapat melihat bayangan itu. Masih ku teteskan air mata ku. Semakin deras keluar deras sampai ku tak dapat lagi berkata-kata.

“Sering ku lihat akhir-akhir ini mata mu sembab, ku tau ku lihat air mata mu yang menetes pada bantal tidur mu. Seandainya ia dapat berkata. Mungkin ia akan memohon juga pada mu, untuk berhenti menyesal dan menangisinya. Sering ku lihat wajah munafik mu yang kamu tunjukan pada semua teman-teman mu. Sekedar ingin dianggap wanita tegar nan ikhlas. Senyum manis yang biasa kamu berikan, tak semanis biasanya. Terasa hambar, walau tlah kau coba seikhlas mungkin memberikannya pada semua orang. Berhenti menyesali apa yang tlah terjadi, tak akan pernah mengubah segalanya,”kata bayangan sentak membuat ku sadar.

“Iya, namun ku sesali segala perbuatan ku kepadanya. Kesalahan ku yang tlah ku buat, aku tak sanggup harus merasa bersalah,”kata ku dengan suara serak.

“Minta maaf lah kawan, pintu maaf masih terbuka untuk mu, belum terlambat. Tiap-tiap manusia pernah melakukan kesalahan dan mempunyai hak untuk memperbaik kesalahannya,”katanya pada ku

“Tapi semua tlah terlambat bukan untuk ku perbaiki?”tanya ku pada bayangan.

“Cukup minta maaf, mungkin akan membuat mu lebih lega,”katanya pada ku.

“Oke, akan ku coba,”kata ku.

“Tapi tunggu, bagaimana dengan rasa sakit ini? Aku masih merasakannya?” tanya ku pada bayangan itu.

“Untung kau ingatkan aku dengan hal yang satu ini, padahal ini yang terpenting,”kata bayangan kepada ku.

“Bagaimana?”tanya ku lagi.

“Terima lah apa yang tlah Tuhan berikan pada mu, bersyukur atas apa yang tlah terjadi pada mu. Terkadang Tuhan memang tidak memberikan apa yang kita inginkan, tapi apa yang kita butuh kan,”kata bayangan sambil tersenyum dan menghilang.

“Terima kasih,” kata ku sambil tersenyum dan ku hapus air mata yang menetes di pipi ku.

Ku tersenyum lega. Ku sadari bahwa segala penyesalan yang ku lakukan tidak berguna sama sekali. Ku ambil secarik kertas dan ku tulis sebuah surat untuknya.

Dear my ex,

Minta maaf kalau selama ini pernah nyakitin kamu. Mungkin selama ini aku jahat banget sama kamu. Sampai sesakit ini balasan yang kamu kasih ke aku. Aku nggak berharap lebih kamu bisa memaafkan ku. Cukup tau kamu aku ngerasa bersalah udah lebih dari cukup. Mungkin ini yang terbaik. Sayangi dia seperti saat kamu menyayangi ku. Nggak mudah buat aku melupakan segala yang telah terjadi diantara kita.

Salam

Ku baca ulang surat yang ku tulis. Ku tersenyum dan ku lipat surat itu. ‘Aku harap surat ini dapat secepatnya kamu baca’ harap ku dalam hati.


Tidak ada komentar: